BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konseling keluarga dalam masa modern
sekarang ini diharapkan dapat berperan aktif dalam membantu menyelesaikan
problem-problem yang banyak dihadapi keluarga. Melihat dari perkembangan zaman
yang terus bergerak kearah yang lebih maju dan kompleks membuat setiap manusia
harus siap menghadapi dan bisa mengikuti arah kemajuan mulai dari tehnologi
sampai peradaban.
Konseling khususnya konseling
keluarga ikut serta dalam memberikan terapi-terapi untuk dapat membantu
problem-problem yang dihadapi keluarga dengan berbagai teori yang muncul dimana
di dalamnya terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan. Diantaranya Bowenian
family therapy, couple marriage counseling dan structural family therapy.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja
teknik-teknik dalam Bowenian family therapy?
2.
Apa saja
teknik-teknik dalam couple marriage counseling?
3.
Apa saja
teknik-teknik dalam structural family therapy?
C.
Tujuan
1.
Memiliki
pemahaman dan referensi mengenai teknik bowenian family therapy.
2.
Memiliki
pemahaman dan referensi mengenai teknik couple marriage counseling.
3.
Memiliki
pemahaman dan referensi mengenai teknik structural family therapy.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bowenian Family
Therapy
Bowen mempunyai pandangan bahwa
keluarga adalah suatu system yang terdiri dari berbagai subsistem seperti pernikahan,
orang tua anak dan saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut
dibagi ke dalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan sampai
bisa ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.
Berikut ini merupakan 8 konsep dasar
Bowen dalam pelaksanaan terapinya (Brown, 1999):
1.
Emotional
Fusion dan Differentiation of Self
Peleburan atau kurangnya diferensiasi merupakan pilihan individu
yang dikhususkan pada pelayanan untuk mencapai system yang harmonis. Peleburan
tersebut dapat dinyatakan baik sebagai rasa tanggung jawab yang kuat untuk
reaksi orang lain, atau dengan pemutusan emosional dari ketegangan dalam suatu
hubungan.
Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan diri
sebagai bagian yang terpisah secara realistis dari ketergantungan pada individu
lain dalam keluarga, tetapi dengan catatan dapat mempertahankan pemikiran
dengan tenang dan jernih dalam menghadapi konflik, kritik serta menolak
pemikiran yang tidak jelas serta emosional.
Stuck togetherness (kebersamaan yang melekat) menggambarkan
keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat sehingga tidak ada anggota yang
mempunyai perasaan utuh tentang dirinya secara mandiri.
2.
Triangle
Triangle adalah penghalang dasar pembentukann system emosional.
Jika ketegangan emosi pada system 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut
adalah orang ketiga, yang memberikan pemindahan ketegangan ke orang ketiga
tersebut. Suatu system emosional yang disusun secara seri pada hubungan
segitiga akan bertautan satu sama lain.
Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih
oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang berkembang
dari pada menyelesaikan konflik. Triangulasi inin dapt berlangsung untuk jangka
waktu yang tak terbatas dengan melibatkan orang di luar keluarga termasuk
terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar.
3.
Proses
Emosional Sistem Keluarga Inti
Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi. Umumnya
hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran, kebanyakan individu memilih
pasangan dengan tingkat perbedaan yang sama. Jika tingkat perbedaan yang muncul
rendah pada masa pacaran maka kemungkinan besar akan muncul masalah di masa
mendatang.
4.
Proses Proyeksi
Keluarga
Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat sebagai
orang tua maka akan menciptakan kecemasan kepada anak-anaknya. Peristiwa
tersebut dimanifestasikan sebagai hubungan segitiga ayah-ibuk-anak. Segitiga ini
umumnya berada pada berbagai tingkatan intensitas yang beragam pada hubungan
antara orang tua dengan anak.
Anak biasanya menjadi target
sasaran yang dipilih dengan berbagai alasan: anak akan mengingatkan pada salah
satu figure orang tua terhadap isu pengalaman masa kanak-kanak yang tidak
terselesaikan, anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam
keluarga, anak yang lahir cacat, dan orang tua yang memiliki pandangan negative saat kehamilan.
Perilaku menjadikan anak sasaran tersebut disebut pengkambinghitaman dan hal
tersebut sangat membahayakan stabilitas emosional serta kemampuan anak.
5.
Emotional
Cutoff (pemutusan secara emosional)
Persepsi
anak untuk memisahkan diri secara emosional. Setiap anak dalam keluarga
mempunyai derajat keterikatan secara emosi yang kuat dan abadi dengan orang
tuanya. Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah dilakukan jika
antara anak dengan orang tua tinggal dalam tempat yang jaraknya berdekatan
sementara dengan anak yang tinggalnya berjauhan pemutusan emosional ini menjadi
sangat sulit untuk dilakukan.
6.
Proses
Transmisi Multigenerasional
Suatu cara pola interaksional yang diteransfer dari satu generasi
ke generasi lain. Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yang
natural dari seluruh generasi. Sikap, nilai, kepercayaan, perilaku dan pola
interaksi didapatkan dari orang tua kepada anak melalui seluruh kehidupan.
7.
Sibling
Position
Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan mempengaruhi
perkembangan keluarga yang dapat diprediksi dari karakteristik profil. Anak
keberapa serta kepribadian anggota keluarga tersebut akan menentukan posisi
seseorang dalam keluarga. Bowen menggunakan teknik ini untuk membantu
menggambarkan tingkat perbedaan kedudukan diantara keluarga serta kemungkinan
terjadinya proyeksi keluarga secara langsung.
8.
Societal
Regression
Bowen
memperluas pandangannya terhadap masyarakat sebagai system sosial yang seperti
layaknya keluarga. Konsep ini membandingkan antara respon masyarakat dengan
respon individu dan keluarga terhadap tekanan yang mengakibatkan
ketidaknyamanan dan kecemasan, tekanan akibat krisis emosional, penyebab
penyelesaian yang tergesa-gesa serta siklus berupa yang terus menerus terulang.
Teknik terapi
diberikan pada klien antara lain, mendefenisikan dan mengklarifikasi hubungan
antara keluarga, membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satu-satu dan
meminimalkan hubungan triangle system.
Adapun teknik
yang digunakan dalam terapi Bowenian yaitu:
1.
Enhancement of
Differentiation (Perbaikan Diferensisasi)
Enhancement of Differentiation meliputi establishing (penetapan)
hubungan satu lawan satu antara anggota keluarga secara individu. Biasanya
terjadi sekitar atau antara suami istri dan terapis. Tujuan hubungan mereka
adalah untuk memperbaiki self differentiation anggota keluarga dan self
definition sekaligus untuk memotivasi cara kognisi sebagai sebuah pandangan daripada
dengan emosi seseorang. Diferensiasi dan pertumbuhan terjadi melalui hubungan
tanpa tringulasi. Walaupun tanpa tringulasi, tetapi di dalamnya meliputi tiga
anggota keluarga dalam hubungannya antara suami istri. Tringulasi membantu
menggambarkan kecemasan dengan izin pasangan untuk menyumbangkan secara
emosional pada individu di luar suami istri sebagai alasan penolakan.
2.
Reversal of
Emotional Cutoff (Pembalikan pemutusan secara emosional)
Reverse of Emotional cutoff dihubungkan dengan motivasi anggota keluarga
terhadap mengembalikan keterasingan mereka, penarikan diri, dan penolakan.
Anggota keluarga dilatih untuk mengembalikan emosi mereka melalui pencegahan
tringulasi.
3.
Reversal of
Emotional Divorce (Pembalikan emosional cerai)
Emotional
divorce terjadi rasa takut menyatu dan hilangnya identitas dan autonomi dalam
hubungan. Terapis membantu untuk mengembalikan proses dengan menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
4.
Detriangulation
(Pengurangan hubungan segitiga)
Dalam detriangulasi, anggota keluarga menjaga rasional dirinya,
diluar ranah emosional anggota keluarga dimana mereka mencoba dengan
trangulasi. Terapis juga menolak keberadaan trangulasi oleh anggota keluarga
selama beberapa sesi, dengan membantu anggota keluarga untuk melakukan
detrangulasi dirinya di dalam kejelasan dan perluasan keluarga.
5.
Therapeutic
voyages
Suami istri dimotivasi untuk melaksanakan perjalanan terapeutik
untuk keluarga asli. Satu dari mereka digantikan dalam penolakan triangulasi
dalam keluarga inti. Mereka dimotivasi untuk membangun hubungan satu lawan satu
dimana satu orang tua mencoba menolak untuk melakukan triangulasi dengan
mereka. Menghindari searah keluarga mampu membantu melemahkan triangulasi oleh
satu orang lain.
6.
Cognitive and
Emotional Modes of Relationships
Kognitif dan emosional sebagai dasar dalam melakukan
hubungan-hubungan terapis. Pertama memotivasi masing-masing anggota keluarga
untuk menggambarkan hubungan masing-masing dari gambaran kognitif. Dasar
emosional tentang hubungan adalah de-emphasized “penekanan”, karena hal
tersebut memberi petunjuk untuk peleburan/penyatuan dan triangulasi.
7.
Countering the
Family Projection Procces
Orang tua dibantu untuk mendefenisikan dirinya dan kecemasan mereka
daripada memproyeksikan anak mereka.
8.
Person to
Person Relationship
Hubungan individu terhadap individu dikembangkan oleh instruksi dua
anggota keluarga terhadap hubungan personal untuk orang lain dan bertanya juga
tentang masing-masing yang lain. Percakapan mereka seharusnya meliputi
perjalanan terapeutik untuk keluarga asli. Untuk menghindari triangulasi,
percakapan seharusnya tidak meliputi tiga orang.
B.
Couple Marriage
Counseling
Menurut Sofyan S. Wilis ada beberapa
teknik konseling pernikahan, yaitu:
1.
Sculpting
(mematung) yaitu suatu yang mengizinkan salah satu pasangan yang menyatakan
kepada pasangan lain. Klien diberi izin menyatakan isi hati dan persepsinya
tanpa rasa cemas. Pasangan yang mematung tidak memberikan respon apa-apa selama
pasangan lain menyatakan perasaannya secara verbal.
2.
Role Playing
(bermain peran) yaitu suatu teknik yang memberikan peran tertentu kepada salah
satu pasangan. Misalnya pasangan perempuan memainkan peran sebagai istri dan
pasangan lainnya sebagai suami, kemudian arahkan untuk menjalani suatu
kehidupan pasangan yang harmonis.
3.
Silence (diam)
konselor hanya diam kemudian memberikan layanan informasi kepada klien apa yang
akan mereka hadapi ketika menjadi pasangan suami istri.
4.
Confrontation
ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk mempertentangkan
pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling
pernikahan.
5.
Teaching Via
Question ialah suatu teknik mengajar anggota dengan cara bertanya.
6.
Listening
(mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan klien didengarkan oleh
konselor dengan penuh perhatian sehingga ia merasa dihargai.
7.
Focusing yaitu
upaya konselor untuk memfokuskan materi pembicaraan agar tidak menyimpang.
8.
Summary
(menyimpulkan) dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan
menyimpulkan sementara hasil pembicaraan, tujuannya agar konseling bisa
berlanjut secara progresif.
9.
Clarification
(menjernihkan) yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau menjernihkan suatu
pernyataan yang terkesan samar-samar.
10.
Reflection
yaitu cara konselor untuk merefleksikan perasaan yang dinyatakan klien, baik
yang berbentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya.
11.
Eksplorasi
yaitu penjelajahan yang dihadapkan kepada klien untuk mendapatkan informasi
lebih mengenai hal-hal yang belum siap dihadapi klien dalam menempuh jenjang
pernikahan.
12.
Memimpin yaitu
konselor menggunakan teknik ini untuk melihat bagaimana kemampuan klien dalam
menata dan mengatur keadaan yang akan dilalui dalam mengarungi bahtera rumah
tangga serta bertanggung jawab dalam berbagai hal.
13.
Memfokuskan
yaitu konselor menggunakan teknik ini agar klien focus dan yakin untuk
menjalankan pernikahan.
C.
Teknik
Struktural Family Therapy
1.
Boundary-making
(membuat batasan)
Boundary making adalah teknik structural, dimana funsi-fungsi
psikologis dan fisik diberi jarak dalam system terapi keluarganya yang
kepentingannya sebagai proses diferensiasi. Tujuannya adalah mengurangi
keterlibatan “overinvolvement” dalam system keluarga dengan konstruksi yang
baru, batas fungsional antara subsistem keluarga. Terapis dapat membuat symbol
batas “boundaries” dengan menyusun kembali tempat atau susunan dengan
menggunakan gerak tangan untuk memberhentikan atau memotong komentar.
2.
Joining
Joining adalah seperangkat teknik dimana seorang terapis mencoba
masuk dalam system keluarga dan menyusun tipe hubungan dengan keluarga.
Memposisikan diri dalam keluarga mengizinkan terapis untuk merubah transaksi
disfungsional keluarga, meminimalisir symptom, dan mereduksi konflik dan
tekanan. Joining mengizinkan keluarga terhadap kehadiran terapis untuk membantu
dan menenteramkan hati keluarga dengan support, member pemahaman, dan
menetapkan atau memperkuat.
3.
Tracking
(menjejaki)
Tracking dihubungkan dengan kehati-hatian terapis, serta keseriusan
terapis pada saat mendengar dialog yang terjadi dalam keluarga, baik menyangkut
tingkah laku dalam ibadah dan komunikasi. Tracking memberikan informasi tentang
interaksi yang terjadi dalam keluarga, struktur, peran, proses, dan kontens
masalah.
4.
Mimesis
Mimesis adalah adopsi tentang gaya komunikasi keluarga, akibat dari
humor, cara berbicara, tempo dan tingkatan komunikasi, usaha ini dilakukan
untuk mengakomodasi sekaligus kerjasama dengan keluarga.
5.
Family Mapping
Family mapping menggambarkan struktur disfungsional keluarga.
System dan subsistem adalah gambaran dan tanda/label untuk klarifikasi.
6.
Intensity
Teknik intensity mencoba mencari tema-tema penting dalam keluarga atau penekanannya dalam sebuah
harapan yang ada pada akhirnya sebagai modifikasi dari interaksi keluarga.
Sebagaai contoh terapis mungkin mengijinkan pada seorang anak yang memiliki
ledakan amarah dalam sebuah sesi kemudian orang tua mendorong untuk menerima
dan mengontrol sesuatu.
7.
Unbalancing
Teknik unbalancing mencoba untuk memecahkan konflik yang buntu dan
disfungsi hirarki antara anggota keluarga dalam sebuah subsistem. Agar menjadi
efektif, terapis pertama harus bekerjasama dengan pimpinan keluarga dan
berafiliasi (bersatu) dengan anggota keluarga lain dalam sebuah subsistem.
8.
Reframing or
Relabing (membingkai ulang)
Tekning reframing atau relabing digunakan oleh terapis structural,
strategis, dan teknik keluarga behavioral. Dalam teknik reframing terapis
merubah informasi yang dihadirkan oleh keluarga untuk menerima sesuatu yang
baru dan makna yang lebih membantu.
9.
Use of Cognitif Contructions
Cognitif contructions dihubungkan dengan providing (kesediaan)
keluarga dengan gambaran alternatif sebagai bagian dari pengalaman mereka.
Perubahan kognisi memberikan nilai tambah untuk meningkatkan interaksi.
10.
Actualization
Aktualisasi
dihubungkan dengan proses pembuatan atau memainkan kembali pola transaksi
keluarga secara terpisah dalam beberapa sesi. Minuchin dan Fishmen (1981)
mendisukusikan tiga tipe tentang enactment (pembuatan):
1.
Memerankan
dalam sebuah format secara spontan sebagai akibat dari sebuah kejadian dimana
terapis mengobservasi dan memainkan kembali format kejadian seterusnya.
2.
Seorang terapis
mungkin bertanya pada keluarga untuk membuat kebiasaan cara interaksi dan
kemudian melakukan intervensi untuk perubahan naskah, mengharuskan keluarga
untuk menemukan solusi baru. Tipe ini digunakan untuk mendiagnosa dan menyusun
kembali tujuan yang dicapai.
3.
Perubahan
enactment terjadi ketika ada sesuatu yang baru, interaksi terjadi dengan
sukses. Individu dengan pengalaman dirinya kemudian yang berkompeten dan
terpercaya mengorganisasikan daan membuat perbedaan interaksi secara
menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bowenian Familiy Therapy yang
dipelopori oleh Bowen memiliki konsep dasar yang jelas dan menjadi landasan untuk
menyesuaikan teknik terapi yang akan menjadi acuan buat konselor dalam
menangani problem-problen yang muncul di keluarga. Konsep dasar itu adalah
Emotional Fusion dan Differentiation of Self, Triangle, Proses Emosional Sistem
Keluarga Inti, Proses Proyeksi Keluarga dan lain sebagainya.
Pernikahan/perkawinan menjadi salah
satu hal yang akan terus dihadapi konselor untuk melakukan konseling pernikahan
kepada para calon pasangan suami istri. Diatas sudah dijelaskan bagaimana
teknik-teknik yang harus dilakukan untunk membantu dan memberikan informasi kepada
klien tentang hal apa yang akan dihadapi nanti dalam menjalankan bahtera rumah
tangga.
B.
Saran
Untuk menjadi seorang konselor yang
professional kita diruntuk untuk mempunyai wawasan yang luas mengenai teknik-teknik
dalam melakukan konseling, termasuk konseling keluarga dan pernikahan. Oleh
karena itu, mari kita fahami dan kuasai teknik-teknik yang sudah kami paparkan
dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Brown. Joseph H. 1999. Bowen Family System Theory and Practice.
Cole Publishing Company. California.
Goldberg. Herbert. Goldberg. Irene. 1996. Family Therapy, an
overview. Pacific Grove: Cole Publishing Company.
Becvar. Dorothy Stoh. Becvar. Raphael J. 1996. Family Therapy, a
system integration. Boston: Allyn and Bacon.
Willis. Sofyan S. 2013. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.
MAKALAH INI DISUSUN OLEH:
1.
FITRI IRMAYANI
2.
MUHAMMAD HANAFI
3.
ZUMAR HAMDI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar