Rabu, 15 Oktober 2014

Teknik-teknik dalam konseling keluarga



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konseling keluarga dalam masa modern sekarang ini diharapkan dapat berperan aktif dalam membantu menyelesaikan problem-problem yang banyak dihadapi keluarga. Melihat dari perkembangan zaman yang terus bergerak kearah yang lebih maju dan kompleks membuat setiap manusia harus siap menghadapi dan bisa mengikuti arah kemajuan mulai dari tehnologi sampai peradaban.
Konseling khususnya konseling keluarga ikut serta dalam memberikan terapi-terapi untuk dapat membantu problem-problem yang dihadapi keluarga dengan berbagai teori yang muncul dimana di dalamnya terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan. Diantaranya Bowenian family therapy, couple marriage counseling dan structural family therapy.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja teknik-teknik dalam Bowenian family therapy?
2.      Apa saja teknik-teknik dalam couple marriage counseling?
3.      Apa saja teknik-teknik dalam structural family therapy?

C.     Tujuan
1.      Memiliki pemahaman dan referensi mengenai teknik bowenian family therapy.
2.      Memiliki pemahaman dan referensi mengenai teknik couple marriage counseling.
3.      Memiliki pemahaman dan referensi mengenai teknik structural family therapy.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bowenian Family Therapy
Bowen mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu system yang terdiri dari berbagai subsistem seperti pernikahan, orang tua anak dan saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi ke dalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan sampai bisa ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.
Berikut ini merupakan 8 konsep dasar Bowen dalam pelaksanaan terapinya (Brown, 1999):
1.      Emotional Fusion dan Differentiation of Self
Peleburan atau kurangnya diferensiasi merupakan pilihan individu yang dikhususkan pada pelayanan untuk mencapai system yang harmonis. Peleburan tersebut dapat dinyatakan baik sebagai rasa tanggung jawab yang kuat untuk reaksi orang lain, atau dengan pemutusan emosional dari ketegangan dalam suatu hubungan.
Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan diri sebagai bagian yang terpisah secara realistis dari ketergantungan pada individu lain dalam keluarga, tetapi dengan catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan jernih dalam menghadapi konflik, kritik serta menolak pemikiran yang tidak jelas serta emosional.
Stuck togetherness (kebersamaan yang melekat) menggambarkan keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat sehingga tidak ada anggota yang mempunyai perasaan utuh tentang dirinya secara mandiri.
2.      Triangle
Triangle adalah penghalang dasar pembentukann system emosional. Jika ketegangan emosi pada system 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang memberikan pemindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut. Suatu system emosional yang disusun secara seri pada hubungan segitiga akan bertautan satu sama lain.
Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang berkembang dari pada menyelesaikan konflik. Triangulasi inin dapt berlangsung untuk jangka waktu yang tak terbatas dengan melibatkan orang di luar keluarga termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar.
3.      Proses Emosional Sistem Keluarga Inti
Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi. Umumnya hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran, kebanyakan individu memilih pasangan dengan tingkat perbedaan yang sama. Jika tingkat perbedaan yang muncul rendah pada masa pacaran maka kemungkinan besar akan muncul masalah di masa mendatang.
4.      Proses Proyeksi Keluarga
Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat sebagai orang tua maka akan menciptakan kecemasan kepada anak-anaknya. Peristiwa tersebut dimanifestasikan sebagai hubungan segitiga ayah-ibuk-anak. Segitiga ini umumnya berada pada berbagai tingkatan intensitas yang beragam pada hubungan antara orang tua dengan anak.
 Anak biasanya menjadi target sasaran yang dipilih dengan berbagai alasan: anak akan mengingatkan pada salah satu figure orang tua terhadap isu pengalaman masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan, anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam keluarga, anak yang lahir cacat, dan orang tua yang  memiliki pandangan negative saat kehamilan. Perilaku menjadikan anak sasaran tersebut disebut pengkambinghitaman dan hal tersebut sangat membahayakan stabilitas emosional serta kemampuan anak.
5.      Emotional Cutoff (pemutusan secara emosional)
Persepsi anak untuk memisahkan diri secara emosional. Setiap anak dalam keluarga mempunyai derajat keterikatan secara emosi yang kuat dan abadi dengan orang tuanya. Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah dilakukan jika antara anak dengan orang tua tinggal dalam tempat yang jaraknya berdekatan sementara dengan anak yang tinggalnya berjauhan pemutusan emosional ini menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

6.      Proses Transmisi Multigenerasional
Suatu cara pola interaksional yang diteransfer dari satu generasi ke generasi lain. Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yang natural dari seluruh generasi. Sikap, nilai, kepercayaan, perilaku dan pola interaksi didapatkan dari orang tua kepada anak melalui seluruh kehidupan.
7.      Sibling Position
Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan mempengaruhi perkembangan keluarga yang dapat diprediksi dari karakteristik profil. Anak keberapa serta kepribadian anggota keluarga tersebut akan menentukan posisi seseorang dalam keluarga. Bowen menggunakan teknik ini untuk membantu menggambarkan tingkat perbedaan kedudukan diantara keluarga serta kemungkinan terjadinya proyeksi keluarga secara langsung.
8.      Societal Regression
Bowen memperluas pandangannya terhadap masyarakat sebagai system sosial yang seperti layaknya keluarga. Konsep ini membandingkan antara respon masyarakat dengan respon individu dan keluarga terhadap tekanan yang mengakibatkan ketidaknyamanan dan kecemasan, tekanan akibat krisis emosional, penyebab penyelesaian yang tergesa-gesa serta siklus berupa yang terus menerus terulang.
Teknik terapi diberikan pada klien antara lain, mendefenisikan dan mengklarifikasi hubungan antara keluarga, membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satu-satu dan meminimalkan hubungan triangle system.
Adapun teknik yang digunakan dalam terapi Bowenian yaitu:
1.      Enhancement of Differentiation (Perbaikan Diferensisasi)
Enhancement of Differentiation meliputi establishing (penetapan) hubungan satu lawan satu antara anggota keluarga secara individu. Biasanya terjadi sekitar atau antara suami istri dan terapis. Tujuan hubungan mereka adalah untuk memperbaiki self differentiation anggota keluarga dan self definition sekaligus untuk memotivasi cara kognisi sebagai sebuah pandangan daripada dengan emosi seseorang. Diferensiasi dan pertumbuhan terjadi melalui hubungan tanpa tringulasi. Walaupun tanpa tringulasi, tetapi di dalamnya meliputi tiga anggota keluarga dalam hubungannya antara suami istri. Tringulasi membantu menggambarkan kecemasan dengan izin pasangan untuk menyumbangkan secara emosional pada individu di luar suami istri sebagai alasan penolakan.
2.      Reversal of Emotional Cutoff (Pembalikan pemutusan secara emosional)
Reverse of Emotional cutoff dihubungkan dengan motivasi anggota keluarga terhadap mengembalikan keterasingan mereka, penarikan diri, dan penolakan. Anggota keluarga dilatih untuk mengembalikan emosi mereka melalui pencegahan tringulasi.
3.      Reversal of Emotional Divorce (Pembalikan emosional cerai)
Emotional divorce terjadi rasa takut menyatu dan hilangnya identitas dan autonomi dalam hubungan. Terapis membantu untuk mengembalikan proses dengan menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
4.      Detriangulation (Pengurangan hubungan segitiga)
Dalam detriangulasi, anggota keluarga menjaga rasional dirinya, diluar ranah emosional anggota keluarga dimana mereka mencoba dengan trangulasi. Terapis juga menolak keberadaan trangulasi oleh anggota keluarga selama beberapa sesi, dengan membantu anggota keluarga untuk melakukan detrangulasi dirinya di dalam kejelasan dan perluasan keluarga.
5.      Therapeutic voyages
Suami istri dimotivasi untuk melaksanakan perjalanan terapeutik untuk keluarga asli. Satu dari mereka digantikan dalam penolakan triangulasi dalam keluarga inti. Mereka dimotivasi untuk membangun hubungan satu lawan satu dimana satu orang tua mencoba menolak untuk melakukan triangulasi dengan mereka. Menghindari searah keluarga mampu membantu melemahkan triangulasi oleh satu orang lain.
6.      Cognitive and Emotional Modes of Relationships
Kognitif dan emosional sebagai dasar dalam melakukan hubungan-hubungan terapis. Pertama memotivasi masing-masing anggota keluarga untuk menggambarkan hubungan masing-masing dari gambaran kognitif. Dasar emosional tentang hubungan adalah de-emphasized “penekanan”, karena hal tersebut memberi petunjuk untuk peleburan/penyatuan dan triangulasi.
7.      Countering the Family Projection Procces
Orang tua dibantu untuk mendefenisikan dirinya dan kecemasan mereka daripada memproyeksikan anak mereka.
8.      Person to Person Relationship
Hubungan individu terhadap individu dikembangkan oleh instruksi dua anggota keluarga terhadap hubungan personal untuk orang lain dan bertanya juga tentang masing-masing yang lain. Percakapan mereka seharusnya meliputi perjalanan terapeutik untuk keluarga asli. Untuk menghindari triangulasi, percakapan seharusnya tidak meliputi tiga orang.

B.     Couple Marriage Counseling
Menurut Sofyan S. Wilis ada beberapa teknik konseling pernikahan, yaitu:
1.      Sculpting (mematung) yaitu suatu yang mengizinkan salah satu pasangan yang menyatakan kepada pasangan lain. Klien diberi izin menyatakan isi hati dan persepsinya tanpa rasa cemas. Pasangan yang mematung tidak memberikan respon apa-apa selama pasangan lain menyatakan perasaannya secara verbal.
2.      Role Playing (bermain peran) yaitu suatu teknik yang memberikan peran tertentu kepada salah satu pasangan. Misalnya pasangan perempuan memainkan peran sebagai istri dan pasangan lainnya sebagai suami, kemudian arahkan untuk menjalani suatu kehidupan pasangan yang harmonis.
3.      Silence (diam) konselor hanya diam kemudian memberikan layanan informasi kepada klien apa yang akan mereka hadapi ketika menjadi pasangan suami istri.
4.      Confrontation ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling pernikahan.
5.      Teaching Via Question ialah suatu teknik mengajar anggota dengan cara bertanya.
6.      Listening (mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan klien didengarkan oleh konselor dengan penuh perhatian sehingga ia merasa dihargai.
7.      Focusing yaitu upaya konselor untuk memfokuskan materi pembicaraan agar tidak menyimpang.
8.      Summary (menyimpulkan) dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan menyimpulkan sementara hasil pembicaraan, tujuannya agar konseling bisa berlanjut secara progresif.
9.      Clarification (menjernihkan) yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau menjernihkan suatu pernyataan yang terkesan samar-samar.
10.  Reflection yaitu cara konselor untuk merefleksikan perasaan yang dinyatakan klien, baik yang berbentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya.
11.  Eksplorasi yaitu penjelajahan yang dihadapkan kepada klien untuk mendapatkan informasi lebih mengenai hal-hal yang belum siap dihadapi klien dalam menempuh jenjang pernikahan.
12.  Memimpin yaitu konselor menggunakan teknik ini untuk melihat bagaimana kemampuan klien dalam menata dan mengatur keadaan yang akan dilalui dalam mengarungi bahtera rumah tangga serta bertanggung jawab dalam berbagai hal.
13.  Memfokuskan yaitu konselor menggunakan teknik ini agar klien focus dan yakin untuk menjalankan pernikahan.


C.     Teknik Struktural Family Therapy
1.      Boundary-making (membuat batasan)
Boundary making adalah teknik structural, dimana funsi-fungsi psikologis dan fisik diberi jarak dalam system terapi keluarganya yang kepentingannya sebagai proses diferensiasi. Tujuannya adalah mengurangi keterlibatan “overinvolvement” dalam system keluarga dengan konstruksi yang baru, batas fungsional antara subsistem keluarga. Terapis dapat membuat symbol batas “boundaries” dengan menyusun kembali tempat atau susunan dengan menggunakan gerak tangan untuk memberhentikan atau memotong komentar.
2.      Joining
Joining adalah seperangkat teknik dimana seorang terapis mencoba masuk dalam system keluarga dan menyusun tipe hubungan dengan keluarga. Memposisikan diri dalam keluarga mengizinkan terapis untuk merubah transaksi disfungsional keluarga, meminimalisir symptom, dan mereduksi konflik dan tekanan. Joining mengizinkan keluarga terhadap kehadiran terapis untuk membantu dan menenteramkan hati keluarga dengan support, member pemahaman, dan menetapkan atau memperkuat.
3.      Tracking (menjejaki)
Tracking dihubungkan dengan kehati-hatian terapis, serta keseriusan terapis pada saat mendengar dialog yang terjadi dalam keluarga, baik menyangkut tingkah laku dalam ibadah dan komunikasi. Tracking memberikan informasi tentang interaksi yang terjadi dalam keluarga, struktur, peran, proses, dan kontens masalah.
4.      Mimesis
Mimesis adalah adopsi tentang gaya komunikasi keluarga, akibat dari humor, cara berbicara, tempo dan tingkatan komunikasi, usaha ini dilakukan untuk mengakomodasi sekaligus kerjasama dengan keluarga.
5.      Family Mapping
Family mapping menggambarkan struktur disfungsional keluarga. System dan subsistem adalah gambaran dan tanda/label untuk klarifikasi.
6.      Intensity
Teknik intensity mencoba mencari tema-tema penting dalam  keluarga atau penekanannya dalam sebuah harapan yang ada pada akhirnya sebagai modifikasi dari interaksi keluarga. Sebagaai contoh terapis mungkin mengijinkan pada seorang anak yang memiliki ledakan amarah dalam sebuah sesi kemudian orang tua mendorong untuk menerima dan mengontrol sesuatu.
7.      Unbalancing
Teknik unbalancing mencoba untuk memecahkan konflik yang buntu dan disfungsi hirarki antara anggota keluarga dalam sebuah subsistem. Agar menjadi efektif, terapis pertama harus bekerjasama dengan pimpinan keluarga dan berafiliasi (bersatu) dengan anggota keluarga lain dalam sebuah subsistem.
8.      Reframing or Relabing (membingkai ulang)
Tekning reframing atau relabing digunakan oleh terapis structural, strategis, dan teknik keluarga behavioral. Dalam teknik reframing terapis merubah informasi yang dihadirkan oleh keluarga untuk menerima sesuatu yang baru dan makna yang lebih membantu.
9.      Use  of Cognitif Contructions
Cognitif contructions dihubungkan dengan providing (kesediaan) keluarga dengan gambaran alternatif sebagai bagian dari pengalaman mereka. Perubahan kognisi memberikan nilai tambah untuk meningkatkan interaksi.
10.  Actualization
Aktualisasi dihubungkan dengan proses pembuatan atau memainkan kembali pola transaksi keluarga secara terpisah dalam beberapa sesi. Minuchin dan Fishmen (1981) mendisukusikan tiga tipe tentang enactment (pembuatan):
1.      Memerankan dalam sebuah format secara spontan sebagai akibat dari sebuah kejadian dimana terapis mengobservasi dan memainkan kembali format kejadian seterusnya.
2.      Seorang terapis mungkin bertanya pada keluarga untuk membuat kebiasaan cara interaksi dan kemudian melakukan intervensi untuk perubahan naskah, mengharuskan keluarga untuk menemukan solusi baru. Tipe ini digunakan untuk mendiagnosa dan menyusun kembali tujuan yang dicapai.
3.      Perubahan enactment terjadi ketika ada sesuatu yang baru, interaksi terjadi dengan sukses. Individu dengan pengalaman dirinya kemudian yang berkompeten dan terpercaya mengorganisasikan daan membuat perbedaan interaksi secara menyeluruh.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bowenian Familiy Therapy yang dipelopori oleh Bowen memiliki konsep dasar yang jelas dan menjadi landasan untuk menyesuaikan teknik terapi yang akan menjadi acuan buat konselor dalam menangani problem-problen yang muncul di keluarga. Konsep dasar itu adalah Emotional Fusion dan Differentiation of Self, Triangle, Proses Emosional Sistem Keluarga Inti, Proses Proyeksi Keluarga dan lain sebagainya.
Pernikahan/perkawinan menjadi salah satu hal yang akan terus dihadapi konselor untuk melakukan konseling pernikahan kepada para calon pasangan suami istri. Diatas sudah dijelaskan bagaimana teknik-teknik yang harus dilakukan untunk membantu dan memberikan informasi kepada klien tentang hal apa yang akan dihadapi nanti dalam menjalankan bahtera rumah tangga.


B.     Saran
Untuk menjadi seorang konselor yang professional kita diruntuk untuk mempunyai wawasan yang luas mengenai teknik-teknik dalam melakukan konseling, termasuk konseling keluarga dan pernikahan. Oleh karena itu, mari kita fahami dan kuasai teknik-teknik yang sudah kami paparkan dalam makalah.






DAFTAR PUSTAKA
           
Brown. Joseph H. 1999. Bowen Family System Theory and Practice. Cole Publishing Company. California.
Goldberg. Herbert. Goldberg. Irene. 1996. Family Therapy, an overview. Pacific Grove: Cole Publishing Company.
Becvar. Dorothy Stoh. Becvar. Raphael J. 1996. Family Therapy, a system integration. Boston: Allyn and Bacon.
Willis. Sofyan S. 2013. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.


MAKALAH  INI DISUSUN OLEH:
1.      FITRI IRMAYANI
2.      MUHAMMAD HANAFI
3.      ZUMAR HAMDI





Tidak ada komentar:

Posting Komentar